Cuaca Tak Menentu, Petani Bawang Merah Probolinggo Resah, Harga di Pasaran Meroket
Media Berita Probolinggo –Petani bawang merah di Kabupaten Probolinggo kini dilanda kecemasan akibat cuaca yang tidak menentu. Ketidakpastian antara musim hujan dan kemarau mengganggu siklus tanam mereka, memicu risiko gagal panen, dan membuat sebagian besar petani memilih mundur sementara waktu dari aktivitas menanam bawang merah.
Salah satu petani bawang merah asal Desa Sekarkare, Kecamatan Dringu, Solihin (40), mengaku pasrah setelah sawah miliknya sempat terendam banjir saat Idul Adha lalu. Padahal, lahan tersebut sedang ditanami bawang merah berusia sekitar 30 hari. “Waktu Idul Adha, punya saya malah kebanjiran. Untung belum waktunya dipanen,” ujarnya, Jumat (13/6/2025).
Setelah banjir, tanaman bawang merah miliknya tampak layu. Meski masih bisa diperbaiki dengan pengeringan tanah dan tambahan pupuk, durasi panen dipastikan molor. “Kalau normalnya 60 hari panen, ini bisa lebih lama,” katanya.
Banyak Petani Beralih ke Tanaman Lain
Menurut Solihin, banyak petani lain memilih tidak menanam bawang merah saat ini. Biaya produksi yang tinggi dan risiko gagal panen membuat mereka lebih memilih tanaman alternatif seperti jagung, yang lebih tahan terhadap perubahan cuaca.
“Banyak yang beralih ke jagung sekarang. Petani takut karena biaya tanam bawang mahal, bisa rugi besar kalau gagal panen,” tuturnya.
Stok Menipis, Harga Bawang Merah Naik
Minimnya petani yang menanam bawang merah kini mulai terasa dampaknya di pasar. Di Pasar Bawang Dringu, stok bawang merah kian menipis. Koordinator pasar, Sugiyono, menyebutkan bahwa stok bawang merah pada Jumat (13/6) hanya sekitar 20 ton—jumlah yang jauh dari kebutuhan normal pasar.
“Akibat pasokan yang sedikit, harga bawang merah super naik signifikan. Bulan lalu harganya masih di kisaran Rp 35.000 per kilogram, sekarang sudah mencapai Rp 47.000 per kilogram,” ungkap Sugiyono.
Lonjakan harga ini tentu memberatkan konsumen, namun menjadi peluang tersendiri bagi petani yang berhasil panen tepat waktu. Meski begitu, mayoritas petani tetap memilih langkah aman dengan tidak menanam dulu hingga kondisi cuaca stabil.
Pemerintah Mendorong Ambil Langkah
Melihat situasi ini, sejumlah pihak mendesak agar pemerintah daerah segera turun tangan. subsidi pupuk, dan teknologi mitigasi cuaca ekstrem agar para petani tidak terus Merugi